Keberhasilan sebuah sistem temu kembali informasi diantaranya dipengaruhi oleh konsistensi atau keseragaman dalam penentuan tajuk nama pengarang atau penulis dari dokumen yang dimiliki oleh perpustakaan. Dengan adanya keseragaman tajuk nama pengarang, berbagai karya dari seorang pengarang dengan berbagai nama yang berbeda-beda dapat ditemukan sekaligus di bawah satu tajuk nama yang sama. Untuk itu, perlu ditetapkan satu dari sekian banyak variasi nama dari seorang pengarang yang dijadikan tajuk seragam (uniform heading). Tanpa adanya pengendalian nama-nama, maka fungsi kolokatif dari katalog tidak dapat tercapai.
Pengendalian terhadap tajuk-tajuk yang digunakan sebagai access point disebut dengan Authority control. Menurut Taylor (2004:19), “Authority control is the process of maintaining consistency in the verbal form(heading) used to represent an access point and the further porcess of showing the relationship among names, works and subject.” Belakangan, sebagaimana dikemukakan oleh Taylor(2004b: 220) “authority control” disebut juga sebagai “access control” karena “authority” mempunyai konotasi negatif, karena berarti ada yang “unauthorized”. “Access control” memungkinkan, dalam ranah akses internasional, dengan nama-nama yang berbeda-beda, tetap dapat melakukan akses yang sama terhadap pengarang yang sama atau subyek yang sama. Dengan demikian, pengkatalog dari berbagai negara dengan menggunakan berbagai bahasa yang berbeda-beda dapat membuat “authorized name”nya masing-masing sesuai dengan kebiasaan di negara di mana pengkatalog berada sambil tetap memungkinkan dapat diakses oleh mereka yang menggunakan nama dan bahasa yang berbeda untuk pengarang yang sama.
Pola nama antara satu suku, marga, bangsa, dan negara yang satu dengan yang lainnya di seluruh dunia terdapat berbagai variasi dan perbedaan-perbedaan. Nama Indonesia misalnya, lazimnya hanyalah terdiri dari given name, sedangkan nama barat biasanya menggunakan family name di belakang given name nya. Dengan adanya perbedaan pola nama ini, tentunya mempengaruhi pola penentuan akses point dalam authority control.
Nama-nama orang Arab termasuk dalam kategori nama yang cukup rumit dan banyak variasinya sekali. Seseorang bisa memiliki lebih dari tiga nama sekaligus yang terdiri dari nama diri, kunyah(julukan), nama keluarga, atau nama yang menunjukkan asal dari pemilik nama itu.
Kajian tentang nama-nama Arab sebagai akses poin dalam authority control telah lama dilakukan semenjak Tibbet (1959), Sheniti (1961), Kailani Eryono(1985) hingga Hedden(2007). Namun demikian, kajian tentang nama-nama Arab dan masalah-masalah dalam penentuan tajuk nama Arab hingga kini masih terus diperdebatkan. Tulisan ini, mencoba memotret Authority control untuk nama-nama Arab dengan mengkaji model nama Arab, peraturan-peraturan yang ditetapkan untuk menentukan tajuk nama Arab dan juga praktek yang dilakukan oleh berbagai badan dunia yang berpengaruh. Diharapkan kajian ini dapat memberi kontribusi bagi “access control” untuk nama-nama Arab.
Karakteristik Nama-Nama Arab
Memperbincangkan karakteristik nama-nama Arab adalah kesulitan tersendiri, karena di dalamnya termuat berbagai unsur, pola, dialek dan pengucapan (pronounciation), dan juga masalah transiletarasi(romanization). Di lihat dari unsurnya, nama-nama Arab sebagaimana dikemukakan Kailani(1985), terdiri dari ism(nama diri), kunyah(nama tambahan yang menunjukkan nama keluarga), dan laqab (julukan). Sedangkan pola nama Arab dapat merupakan variasi dari gabungan ketiga unsur tersebut atau juga dapat merupakan salah satu unsur saja.
Wilayah yang menggunakan aksara dan Bahasa Arab meliputi dataran yang sangat luas, mulai dari Lautan Atlantik hingga Teluk Persia, dari Perbatasan Turki hingga Sudan, mencakup lebih dari 200 juta penduduk dan 20 negara. Diantara negara-negara ini, terdapat berbagai variasi dialek dan pengucapan sehingga bila dilakukan transiterasi (romanization)(Hedden, 2007). Sebagai contoh, جمال akan ditulis dengan Gamal atau Jamal.
Unsur-unsur nama Arab
1. Ism (Nama lahir/given name)
Para masa pra Islam, Littmann sebagaimana dikutip oleh Sheniti (1961) mengemukakan bahwa banyak nama-nama Arab yang diasosiasikan dengan nama tuhan yang menjadi kepercayaan mereka. Setelah masa Islam, nama-nama kebanyakan berubah menggunakan nama Muhammad (atau Ahmad), nabinya umat Islam, dan nama-nama nabi sebelumnya. Juga banyak digunakan nama-nama yang didahului dengan kata Abd dan nama-nama Allah yang termasuk asma’ al husna.
Qalqasyandi, dalam Kailani(1985) menyatakan bahwa pada masa pra Islam, bangsa Arab tidak mempunyai pedoman tertentu dalam menetapkan ism. Kebanyakan ism berasal dari khayalan mereka yang bersifat sangat pribadi, dan oleh karena itu sangat beraneka ragam bentuknya. Tata cara ini kemudian mengalami perubahan setelah Islam datang.
Contoh Ism :
Muhammad,
Ahmad,
Salman,
Mahmud
2. Kunyah(patroninymic)
Menurut Luois Ma’luf (1986) dalam Munjid kunyah adalah bagian dari alam yang diawali dengan kata Abu/Abi (ayah), ummu/ummi(ibu), ibn (anak laki-laki), bint (anak perempuan) akhu (saudara laki-laki) dan ukhti/ukhtu (saudara perempuan). Sheniti (1961) menyebut dua yang pertama sebagai kunyah dan ibn dan bint sebagai nasab. Nasab berarti nama yang menunjukkan keturunan.
Contoh dari kunyah :
Ummu Qalsum
Hasan Ibn Sabit
Fatimah Binti Muhammad
Ahmad Ibn Hanbal
3. Laqab
Laqab adalah nama nama panggilan yang bukan nama diri dan mengandung arti celaan atau pujian untuk yang memiliki nama(Ma’luf, 1986). Muhammad Ismail Ibrahim sebagaimana diktip oleh Kailani Eryono(1985) mengemukakan bahwa laqab merupakan nama tambahan yang dimaksudkan untuk memperkenalkan diri, sebagai gelar kehormatan, sebagai julukan yang mengandung celaan, tetapi yang terakhir tidak disukai dan dilarang pemakaiannya pada masa sesudah Islam.
Mahmud Sheniti(1961) mengemukakan ada empat jenis laqab :
a. Laqab resmi yang menunjukkan pekerjaan (official laqabs)
Laqab ini berhubungan dengan pekerjaan atau profesi dan jabatan dari seseorang. Laqab jenis ini terutama berkembang pesat pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Pada masa Dinasti Abbasiyah, pemerintah secara resmi mempergunakan nama-nama laqab untuk pekerjaan di lingkungan kerajaan seperti al-Qadi (hakim), al-Katib (sekretaris), al-Khayyat (tukang jahit), an-Najjar (tukang kayu). Laqab juga banyak diambil dari bahasa Persia dan Yunani seiring dengan pesatna pengaruh kebudayaan dan pemikiran Yunani pada masa tersebut.
b. Na’t (julukan yang menunjukkan status sosial)
Na’t adalah laqab kehormatan yang berkaitan dengan status sosial seseorang. Status sosial ini dapat menyangkut tingkat kekerabatan dengan Nabi Muhammad seperti Sayyid, Habib, atau berhukungan dengan kepakaran dan kesalihan seperti Imam, al-Syaikh. Nama-nama yang menunjukkan kehormatan ini tidak diberikan kepada sembarangan orang, tetapi orang-orang tertentu yang dianggap luar biasa.
c. Khitab (julukan yang menunjukkan penghargaan)
Khitab merupakan gelar kehormatan yang bentuknya merupakan persenyawaan dua kata yang biasanya bagian kedua berupa kata al-din, seperti Fakhr al-Din, Imad al-Din dan sejenisnya. Terdapat usaha untuk mengklasifikasikan jenis laqab ini menurut golongan pekerjaan, misalnya Rukn a-Din untuk golongan tentara, Siraj al-Din untuk hakim, dan sebagainya, tetapi karena luasnya model nama seperti ini dan bebasnya dalam penentuan khitab ini menyebabkanb usaha pengklasifikasian tersebut sukar untuk menemukan pola yang taat azas. Terlebih lagi, pada masa sekarang ini nama-nama terebut telah banyak dipakai sebagai ism atau nama diri.
d. Laqab Nisbah (Atributtive laqab)
Laqab jenis ini berhuhubungan dengan asal usul geografis, suku dan leluhur dari yang diberi laqab. Biasanya tersususn dari kata sala dengan akhiran dua huruf ya dengan atau tanpa artikel al. Bila ditransliterasi ke huruf latin, maka bentuknya berupa kata sal dengan akhiran huruf i. Contoh Baghdad menjadi Baghdadi, Samarkand menjadi Samarkandi, Banjar menjadi Banjari.
Pola Nama Arab
Nama-nama suatu kelompok masyarakat merupakan bagian integral dari masyarakat tersebut dan oleh karenanya mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan budaya pada masyarakat setempat. Sebagai contoh, nama-nama Indonesia sebelum periode 1990-an dominan dengan nama-nama Jawa seperti Raharjo, Selamet, Marijan dan sejenisnya, tetapi belakangan mengalami perubahan dan lebih banyak mengadopsi nama-nama Arab dan nama-nama Barat.
Pola nama Arab, sebagai bagian dari kebudayaan Arab, juga mengalami perkembangan dan perubahan sehubungan dengan interaksi budaya Arab dengan kebudayaan luar dan juga perkembangan internal masyarakat tersebut. Nama-nama periode sebelum Islam, mengalami perubahan sejak kerasulan Muhammad SAW. Kemudian ketika wilayah Islam semakin meluas dan terjadi dialog dan interaksi dengan budaya Yunani, Persia, dan Afrika, nama-nama Arab juga mengalami perubahan. Kemudian, pada saat imperialisme Barat terhadap Timur Tengah, nama-nama Arab kembali mengalami perubahan bentuk dan pola.
Pola dan perkembangan nama Arab telah dijadikan obyek penelitian oleh beberapa ahli. Tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Sheniti (1961) penelitian yang dilakukan tersebut belum dapat menggariskan dengan jelas pola-pola nama Arab, terutama sekali yang berkembang pada zama Islam. Walaupun demikian, terdapat persamaan kesimpulan yakni bahwa nama-nama Arab kuno memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan nama Arab Modern. Sebagai perbatasan nama Arab Kuno, Kailani (1985) menyebut tahun 1800-an, sedangkan NACO(2008) menyebut batas abad ke-20.
Menurut Tibbet sebagaimana dikutip oleh Eryono(2005) nama-nama Arab klasik biasanya tersusund ari beberapa unsur yang jelas. Nama pertama biasanya adalah khitab, kemudian kunyah dan kemudian ism yang diikuti oleh nama diri ayah dan kakeknya yang biasanya digabung dengan kata ibn/binti. Kemudian, setelah kesemuanya itu, menyusul nisbah dan laqab. Adapun pola nama modern ditandai dengan kesederhanaan dalam jumlah unsurnya. Banyak diantaranya mengambil bentuk nama Barat, sekalipun belum menggunakan bentuk nama keluarga sebagaimana dipraktekkan di Barat. Nama Arab modern secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni nama-nama yang tersusun dari beberapa ism seperti Muhammad ‘Abd al-Kafi Yahya, dan nama yang tersusun dari ism dan nama keluarga seperti Muhammad ‘Abd al-Mun’im Khafaji.
Pola-pola nama Arab dapat dikelompokkan sebagai berikut(Eryono, 2005):
1. Nama yang menggunakan nasab, tanpa laqab dan nisbah
Pola nama ini berasak dari zaman tradisi lisan, yang memaksa orang menghafal nama seseorang beserta nama pada tingkat kekerabatan yang lebih tinggi. Bentuk nama ini terutama terdapat pada golongan nama Arab kuno. Namun demikian, di beberapa tempat masih digunakan pola ini.
a. Ism + nasab
Contoh: Muhammad ibn ‘Abd al-Wahab
Ism nasab
b. Kunyah + ism + nasab
Contoh: Abu Yusuf Ya’qub ibn Ibrahim
Kunyah ism nasab
Abu Muhammad Abdullah ibn Ahmad
2. Nama yang menggunakan nisbah, tanpa laqab
Nisbah telah digunakan pada golongan Arab kuno juga masih digunakan pada golongan nama Arab modern.
a. Ism + nisbah
Contoh:
Amin al-Khawli
Ism nisbah
Muhammad Bayumi
Ism nisbah
Kadang-kadang dalam sebuah nama terdapat beberapa ism (yaitu nama diri orang tua), dan kadang-kadang terdapat beberapa nisbah.
Contoh:
Ali Ahmad Al-Jurjawi
Ism ism nisbah
Abd al-Hadi Naja al-Abyari al-Misri
Ism ism nisbah nisbah
b. Kunyah + ism + nisbah
Contoh:
Abu Mansur Abd al-Qadir al-Baghdadi
Kunyah ism nisbah
Abu Abdullah Muhammad al-Razi
Kunyah ism nisbah
c. Ism + nasab + nisbah
Contoh:
Muhammad ibn Idris al-Syafi’i
Ism nasab nisbah
Muhammad ibn Ismail al-Bukhori
Ism nasab nisbah
d. Kunyah + ism + nasab + nisbah
Contoh:
Abu Hayyan Ali ibn Muhammad al-Tawhidi
Kunyah ism nasab nisbah
Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali
Kunyah ism nasab nisbah
3. Nama yang menggunakan laqab
Seperti halnya nisbah, laqab telah digunakan pada golongan nama Arab kuno, dan tetap digunakan pada golongan nama Arab modern. Pola yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. Ism + laqab
Contoh:
Sa’id al-Najjar
Ism laqab
b. Ism + nasab + laqab
Contoh:
‘Amr ibn Bahr al-Jahiz
Ism nasab laqab
c. Ism + nasab + laqab + nisbah
Contoh:
Muhammad ibn Muhammad al-Khatib al-Ishfahani
Ism nasab laqab nisbah
Unsur laqab seringkali ditunjukkan dengan kata al-ma’ruf bi, al-masyhur bi, al-Syahir, dan yu’raf bi, yang artinya lebih dikenal dengan. Dalam hal ini laqab merupakan unsur terakhir
d. Kunyah + ism + nasab + nisbah + laqab
Contoh:
Abu Bakr Ahmad ibn ‘Ali al-Razi al-ma’ruf bi al-Jassas
Kunyah ism nasab nisbah laqab
4. Nama yang tanpa menggunakan nasab, nisbah, dan laqab
Bentuk nama ini hanya terdiri dari ism atau beberapa ism. Ism yang disebut pertama adalah nama dirinya, dan ism yang disebutkan selanjutnya menunjukkan nama pada tingkat kekerbatan yang lebih tinggi.
Bentuk nama ini terutama terdapat pada golongan nama Arab modern, dan serupa dengan bentuk nama Barat sekalipun tidak menggunakan nama keluarga.
Pola nama yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. Ism atau beberapa ism
Contoh:
Sabiq
Qutub
Thaha Husyn
b. Kunyah + ism
Bentuk ini sudah jarang digunakan, tetapi bentuk kunyah sering digunakan sebagai nama diri.
Contoh:
Abu Tamim Haydarah
Kunyah ism
Bentuk-bentuk nama pada setiap kelompok dari keempat kelompok tersebut di atas, seringkali didahului dengan gelar kehormatan yang berupa na’at dan khitab.
Contoh:
Sayyid Sabiq
Na’t ism
Authority Control Untuk Nama Arab
Authority control sebagai bentuk kendali terhadap access point atas nama-nama yang dijadikan akses poin sangat ditentukan oleh kebijakan pengkatalogan yang dianut.Sejak International Conference on Cataloging Principles(ICCP) di Paris pada tahun 1961 yang kemudian di kenal dengan Paris Conference, masalah authority control nama-nama Arab sudah menjadi perhatian. Penentuan tajuk sebagai bentuk pengendalian access point sudah dibicarakan dan diperdebatkan. Berikut akan disampaikan model penentuan tajuk nama-nama Arab yang berkembang sejak tahun 1961-an.
a. ALA (American Library Association Cataloging Rules for Author and Title EntriesAuthor Entries. Chicago: ALA, 1949.
Dalam pasal 64, ALA membedakan nama Arab sebelum dan sesudah tahun 1900:
Nama sblm tahun 1900 M., kata utama ditetapkan pada ism, digabung dengan nama keturunan (biasanya didahului kata ibn), diikuti nama keluarga dan nama julukan ((asal tempat kelahiran, tempat tinggal, pekerjaan, kelainan fisik dsb.)
Acuan dibuat dari nama yang tidak dijadikan kata utama.
Contoh : Muhammad Ibn Yusuf, Abu ‘Umar al-Kindi
Acuannya : x Abu ‘Umar Muhammad Ibn Yusuf al-Kindi
x Al-Kindi, Abu ‘Umar Muhammd ibn Yusuf
Jika ditemukan pengarang terkemuka yang namanya lebih dikenal bukan pada ism, kata utamanya ditetapkan pada nama yang dikenal tersebut.
Nama setelah tahun 1900 M, kata utama ditetaokan pada bagian akhri nama tersebut. Contoh :
Nasr, Yusuf
x Yusuf Nasr
b. Sheniti(1961)
Entry point untuk nama pengarang Arab kuno ditetapkan pada bagian nama yang paling populer. Contoh : Abu Hasan ‘Ali ibn ‘Isa ‘Ali al-Rommani al-Mu’tazili kata utamanya pada :
Al-Rommani al-Mu’tazili, Abu Hasan ‘Ali ibn ‘Isa ibn ’Ali
Kata utama nama pengarang Arab modern, yakni setelah tahun 1900-an, ditentukan pada akhir nama (surname), contoh L:
Al-‘Aqqad, ‘Abbas Mahmud
x ‘Abbas Mahmud al-‘Aqqad
c. Library Association (LA)
LA menetapkan access point pada nama diri tanpa perkecualian sama sekali. Dari tiap-tiap unsur dari nama diberikan acuan ke nama yang digunakan sebagai tajuk. Contoh :
Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya al-Razi
Entri utama pada :
Muhammad Ibn Zakaria, Abu Bakar al-Razi
x Al-Razi
x Abu Bakar
x Rhases
x Rasis
d. Anglo-American Cataloguing Rules (AACR)2nd. ed 2002 Revision
Aturan tentang penentuan tajuk nama pada AACR2 edisi revisi 2002 diatur pada Bagian II pasal 22.22 di bawah tajuk Nama dalam alfabet Arab. Cakupan dari aturan AACR ini adalah adalah untuk nama-nama yang asli ditulis alam alfabet Arab yang tidak mengandung nama keluarga (surname) atau nama yang berfungsi sebagai nama keluarga. Bila terdapat keraguan, maka anggaplah nama yang aktif pada abad ke-20 mempunyai nama keluarga, sedangkan generasi sebelumnya tidak memiliki nama keluarga.
Secara umum, AACR mengatur bahwa entry point untuk nama-nama yang aktif sebelum abad ke-20 di bawah elemen atau kombinasi elemen nama di mana orang tersebut lebih dikenal. Untuk mengetahui seseorang pengarang lebih dikenal dengan nama apa, disarankan digunakan sumber referensi. Bila tidak ada petunjuk yang memadai, maka tajuk diletakkan pada elemen pertama.
Bila nama pengarang terdiri dari beberapa unsur nama, maka letakkan nama di bawah unsur yang paling dikenal. Letakkan unsur yang lain dengan urutan sebagai berikut : khitab, kunyah, ism, patronymic, nama-nama lain. Beri tanda koma setelah tajuk entri. Contoh :
• Khitab
Sadr al-Din al-Qunawi, Muhammad ibn Ishaq
x Muhammad ibn Ishaq al-Qunawi, Sadr al-Din
x al-Qunawi, Sadr al-Din Muhammad ibn Ishaq
• Kunyah
Abu al-Barakat Hibat Allah ibn ‘Ali
x Hibat Allah ibn ‘Ali, Abu al-Barakat
• Ism (nama diri)
Taha Husayn
x Husayn, Taha
• Patronymic
Ibn Hisyam, ‘Abd al-Malik
x ‘Abd al-Malik ibn Hisyam
• Nama Lain
o Laqab
al-Jahiz, ‘Amr ibn Bahr
x ‘Amr ibn Bahr al-Jahiz
o Nisbah
al-Bukhari, Muhammad ibn Isma’il
x Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari
o Takhallus
Qa’ani, Habib Allah Shirazi
x Habib Allah Shirazi Qa’ani
e. Arabic Naco Manual
NACO (National Authority Control), sebuah program di bawah PCC (Program for Cooperative Cataloging) menerbitkan panduan yang diberi judul “Arabic Naco Manual” sebagai panduan untuk penentuan tajuk nama-nama Arab. Sepertinya manual ini merupakan penjabaran dari AACR2.
Manual ini membagi pengarang Arab ke dalam dua kelompok, yaitu pengarang klasik dan pengarang modern. Pengarang klasik adalah mereka yang aktif sebelum abad ke-20, sedangkan pengarang modern adalah mereka yang aktif pada abad ke-20 dan selanjutnya.
Untuk nama-nama klasik maka penentuan tajuknya harus merujuk ke sumber-sumber referensi seperti Ensiclopedia of Islam, Esiclopaedia Brittanica dan sejenisnya. Secara spesifik, penentuan tajuk untuk nama-nama pengarang klasik dianjurkan untuk merujuk ke sumber-sumber berikut :
Zirikli, Khayr al-Din. Aʿlam : qamus tarajim li-ashʿhar al-rijal wa-al-nisaʾ min al-ʿArab wa-al-mustaʿribin wa-al-mustashriqin / taʾlif Khayr al-Din al-Zirikli. (Bayrut : Dar al-ʿIlm lil-Malayin, 4th printing: 1979.)
Brockelmann, Carl. Geschichte der arabischen litteratur. 2 vols. plus 3 suppl. vols., Leiden, E.J. Brill, 1943-.
Kahhalah, ‘Umar Riîa, Mu’jam al-Mu‘allifin: Tarajim Musannifi’l-Kutub al-’Arabiyyah, 15 vols. in 8, Damascus, 1957-61.
Contoh dari entri Name Authority File dari library of Congress dari nama klasik ini adalah sebagai berikut :
LC Control Number: n 90620851
HEADING:
Ibn Ḥazm, ʻAlī ibn Aḥmad, 994-1064. Akhlāq wa-al-siyar
Used For/See From:
Ibn Ḥazm, ʻAlī ibn Aḥmad, 994-1064. Kitāb al-ʾAxlāq wa-s-siyar
Ibn Ḥazm, ʻAlī ibn Aḥmad, 994-1064. ʾAxlāq wa-s-siyar
Ibn Ḥazm, ʻAlī ibn Aḥmad, 994-1064. Risāla fī mudāwāt an-nufūs wa-tahd̲īb al-ʾaxlāq wa-z-zuhd fī r-rad̲āʾil
Ibn Ḥazm, ʻAlī ibn Aḥmad, 994-1064. Kitāb al-Akhlāq wa-al-siyar
Ibn Ḥazm, ʻAlī ibn Aḥmad, 994-1064. Risālah fī mudāwāt al-nufūs wa-tahdhīb al-akhlāq wa-al-zuhd fī al-radhāʾil
Found In: His Kitāb al-ʾAxlāq wa-s-siyar, 1980.
Kitāb al-Akhlāq wa-al-siyar, aw, Risālah fī mudāwāt al-nufūs wa-tahdhīb al-akhlāq wa-al-zuhd fī al-radhāʾil, 2000
LC Control Number: n 80009822
HEADING:
Afghānī, Jamāl al-Dīn, 1838-1897
Used For/See From:
Jamāl al-Dīn al-Ḥusainī al-Afghānī, 1838-1897
Jamāl al-Dīn al-Afghāni, 1838-1897
Camāladdīn al-Afġānī, 1838-1897
Afġānī, Ǧamāladdīn, 1838-1897
Jāmāluddīn Afghānī, 1838-1897
Djamal-ed-Din Assad Abadi, 1838-1897
Ḥusaynī, Jamāl al-Dīn, 1838-1897
Asadābādī, Jamāl al-Dīn, 1838-1897
Afgani, Cemaleddin, 1838-1897
Afghānī, Sayyid Jamāl al-Dīn, 1838-1897
Found In: His Réfutation des matérialistes, 1942.
Cemaleddin Afgani; 1994: p. 10 (b. 1838 probably in Esadadod; d. 1897 in Istanbul)
Untuk nama-nama pengarang modern, yakni mereka yang aktif pada abad ke-20 dan selanjutnya maka tajuk ditetapkan di bawah nama keluarga (surname) atau nama yang dianggap sebagai nama keluarga.
Contoh :
LC Control Number: n 82088766
HEADING:
Zuḥaylī, Wahbah.
Used For/See From:
Wahbah Muṣṭafá al-Zuḥaylī
Wahbah al-Zuḥaylī
Al-Zuhayli, Wahbah
Found In: His Āthār al-ḥarb ... 1962.
His al-Fiqh al-Islāmī wa-adillatuh, 1984: v. 1, t.p. (al-Duktūr Wahbah al-Zuḥaylī)
Financial transactions in Islamic law, 2003: t.p. (Wahbah Al-Zuhayli)
LC Control Number: n 50001593
HEADING:
Arkoun, Mohammed
Used For/See From:
Arqūn, Muḥammad
Arkoun, Mohamed
Arkoun, M.
Search Also Under:
Arkūn, Muḥammad
Biographical/Historical Note: Docteur ès lettres; b. 1928
Found In: His Contribution à l’étude de l’humanisme arabe ... 1970.
L’Etrange et le merveilleux dans l’islam médiéval, 1978: cover (Mohamed Arkoun) p. 1 (professeur à l’Université de Paris III)
His Min al-ijtihād ilá naqd al-ʻaql al-Islāmī, 1991: t.p. (Muḥammad Arkūn) p. 109 (M. Arkoun)
Dari paparan tentang NACO tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa apa yang dilakukan NACO melalui penerbitan manual pengkatalogan Bahasa Arab dapat mengurangi ketidak konsistenan tajuk nama Arab. Dengan kekuatan Library of Congress, kiranya panduan NACO dan camtuman authority file library of Congress dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pengkatalogan koleksi dalam Bahasa Arab.
Masalah Authority Control Nama-Nama Arab
Heather Hedden (2007) menyoroti beberapa permasalahan dalam pengedalian tajuk nama pengarang Arab yang masih terus menjadi masalah hingga sekarang ini. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :
Masalah Nama Modern dan Nama Abad Pertengahan serta Nama Keluarga
Dari beberapa kaidah yang dipakai dalam penentuan tajuk nama, terlihat adanya kesepakatan bahwa nama-nama modern menggunakan nama keluarga sebagai tajuknya, sedangkan nama-nama klasikd an pertengahan mengikuti kaidah khusus. Namun demikian, kenyataannya, hingga sekarang masih banyak nama-nama Arab yang menggunakan nama-nama pertengahan sehingga dalam pengkatalogan timbul masalah, apakah tajuk ditetapkan berdasarkan kategori sebagai nama modern atau sebagai nama pertengahan?
Masalah awalan al
Sesuai dengan Chicago Manual, awalan al di depan nama pengarang, tempat dan organisasi termasuk bagian nama dan dalam penjajaran awalan tersebut tidak diperhitungkan. Jadi jajaran ditetapkan pada huruf pertama setelah awalan al. Namun demikian, dalam pengucapannya awalan al terkadang disebut dan di tulis dengan el, atau bila bertemu dengan konsonan N misalnya, di tulis an sepert an-Nahdah, atau bila bertemu dengan konsonan T akan diucapkan at-Turabi. Apakah dalam penulisan akan tetap menggunakan awalan al tanpa memperhatikan bacaaan. Kemudian di beberapa negara di Timur Tengah, awalah al merupakan awalan yang menunjukkan sebagai keluarga penguasa seperti di Qatar dan mengharuskan awalan al ditulis dengan huruf besar. Dalam kasus-kasus seperti ini, tentunya akan menyulitkan sistem (komputer) dalam penetapan akses pointnya.
Masalah Abd dan nama gabungan lain
Banyak sekali nama Arab yang menggunakan kata Abd atau lebih tepatnya ‘Abd dan diikuti dengan nama Allah seperti Abdullah. Bagaimana penulisannya apakah tetap dengan kaidah yang ditetapkan seperti ‘Abd Allah, atau Abdullah. Kemudian untuk nama-nama lain yang menggunakan Abd seperti Abdulrahman apakah akan di tulis dengan Abd al-Rahman, Abdul Rahman, atau Abdulrahman? Atau dengan pengucapan yang lain menjadi Abdel-Rahman. Gamal Abdel Nasser akankah di tulis Gamal Abdel Nasser atau Nasser, Gamal Abdel?
Ibn, bin, ben
Nama yang menunjukkan hubungan keturunan (patronymic) ini ditulis dalam literatur Arab dengan berbagai variasi seperti ibn, bin, ben atau disingkat dengan b. Dari variasi bentuk nama tersebut manakah yang akan digunakan, bagaimana akses pointnya dalam nama-nama modern dewasa ini? Bagaimanakan kita akan memasukkan Osama Bin Laden? Bila kita mengikuti kaidah, maka akan di tulis : Ibn Laden, Osama tetapi pada kenyataanhya entri ditulis di bawah Ben Laden, Osama.
Disampin masalah-masalah tersebut di atas, Hedden masih mendaftarkan beberapa persoalan dengan masalah nama dengan Abu, nama dengan gelar kehirmatan dan profesi, dan juga nama dinasti atau kerajaan. Semua masalah ini tentunya masih memerlukan kajian lebih lanjut untuk ditetapkan pola dan penentuan tajuk dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
Penutup
Kesulitan untuk menentukan kendali tajuk nama Arab sebenarnya juga dihadapi oleh nama-nama dalam bahasa dan aksara yang lain. Oleh karena itu, hal yang terbaik untuk menjaga konsistensi dan menetapkan nama mana yang paling tepat adalah menanyakan langsung kepada pengarang. Namun demikian, hal ini tentunya akan menjadi pekerjaan yang tidak mudah karena tidak semua pengkatalog memiliki akses ke pengarang.
Kendali tajuk nama Library of Kongress (LC Name Authority Headings) yang ada di http://authorities.loc.gov adalah sumber rujukan yang mudah yang dapat membantu pengkatalog untuk menentukan tajuk nama pengarang Arab. Database tersebut kiranya dapat menjadi access control bagi para pengkatalog di seluruh dunia, karena di dalam cantuman LC Auhtorities, terdapat rujukan dari model nama-nama dari berbagai negara yang memungkinkan dengan penulisan nama yang berbeda-beda modelnya dapat menemukan pengarang yang sama, sehingga access control seperti yang dikehendaki oleh para ahli dapat tercapai
Daftar Kepustakaan
“Arabic NACO Manual” http://library.princeton.edu/departments/tsd/ katmandu/ cp20/aranatoc.html, diakses 2 Juni 2008
Anglo American Cataloguing Rules, Second ed., 2002 Rev, (Ottawa : Canadian Library Association, 2002)
Eryono, Kaliani, Katalogisasi Buku Berbahasa Arab, (Jakarta : UI Press, 1985)
Ferahian, Salwa, “Standardization : The Essence of Formulating Arabic Personal Names Headings” ,dalam jurnal MELA Notes, Vol. 30, Middle East Librarian Association, Fall, 1983
Hedden, Heather, “Arabic Names”, dalam Jurnal Centrepiece to The Indexer Vol. 25 No. 3 April 2007
Ma’luf, Louis, al-Munjid fi lughah al-arabiyah, (Beirut : Maktabah Wahbah, 1986)
Sheniti, Mahmud,”Entry of Arabic Names” makalah dalam Regional Seminar on Bibliography, Documentation Exchange of Publication in Arabic Speaking States, Paris : UNESCO, 1961)
Taylor, Arlene G., Wynar’s Introduction to Cataloging and Classification,Rev.9th. ed., (Engleewood : Libraries Unilimited, 2004)
-------------.,The Organization of Information, 2nd. Ed., (London : Libraries Unlimited, 2004b)
Tibbet, G.R. “The Cataloging of Arabic Books”, Library Quartelly, 29, Vol. 2, 1959
Minggu, 14 September 2008
AUTHORITY CONTROL UNTUK NAMA-NAMA ARAB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
subhanalloh..
Posting Komentar