Jumat, 14 Agustus 2009

NYAMUK DAN TERORIS

Ini mungkin pelajaran yang kudapat dari kegiatanku mengantar si bungsu berangkat ke sekolah setiap pagi. Kami melewati sebuah sungai buatan (kanal air) yang cukup besar. Arusnya tidak deras bahkan cenderung tidak terlihat mengalir. Air yang mengalir di sungai buatan itu berasal dari limbah rumah tangga komplek perumahan yang cukup banyak dibangun di sekitarnya.

Setiap pagi kami melihat beberapa orang dengan menggunakan jaring yang terbuat dari kain kassa menangkap jentik nyamuk yang memang sangat banyak di tempat tersebut. Jentik-jentik nyamuk yang mereka kumpulkan kemudian dijual ke pedangan makanan ikan hias untuk selanjutnya dijadikan santapan ikan-ikan hias yang cukup indah di akuarium.

Melihat peristiwa ini saya jadi ingat dengan terorisme. Saya membayangkan teroris itu seperti nyamuk yang berkembangbiak di selokan, kubangan air dan sungai keruh, beranak pinak dan ketika ia keluar akan menakuti kita dengan gigitannya, dengan malaria yang dibawanya, dengan DBD yang merajalela, dan segenap kengerian lainnya.

Dengan ancaman nyamuk tersebut, kita, lalu dengan segala cara dan program dilakukan untuk membasminya. Yang termurah dengan membeli kelambu, obat nyamuk, semprotan nyamuk, obat nyamuk eletrik, raket nyamuk dan bagi mereka yang punya kelebihan uang kita menggunakan peralatan gelombang elektromagnetik untuk menghalau nyamuk.

Tapi bagi mereka yang setiap pagi mencari jentik nyamuk, sarang nyamuk adalah hidup dan pencaharian mereka, jalan bagi mereka untuk memperoleh penghasilan atau uang untuk menghidupi keluarga. Bagi penujual makanan ikan hias, jentik nyamuk adalah komoditas yang harus tersedia setiap saat agar pelanggan tidak kecewa. Bagi pemilik ikan hias, jentik nyamuk adalah kebutuhan pokok agar ikan hias di akuariumnya yang mewah tetap sehat.

Terorisme ibarat nyamuk yang selalu mengancam kehidupan kita dan tidak pernah dapat kita habisi secara total, karena yang dibasmi adalah nyamuknya, bukan sarangnya. Memang kita sering berlebihan ketika membasmi nyamuk di rumah kita. Beberapa ekor nyamuk yang ada di rumah kita kita basmi dengan cara menyemprot seluruh sudut rumah sehingga kitapun dibuat menjadi tidak nyaman karenanya. Atau dengan membakat obat nyamuk yang asapnya sebenarnya menyesakkan kita.

Nyamuk seperti terorisme karena dengan adanya nyamuk menyebabkan proyek pembasmian sarang nyamuk yang melibatkan seluruh warga, pak RT, lurah, Camat, Bupati dan Gubernur serta lainnya. Pembasmian sarang nyamuk menjadi program yang tidak pernah berakhir karena setiap tahun korban masih selalu berjatuhan.

Nyamuk bagai teroris karena bagi kaum pinggiran, ia bukanlah ancaman. Karena nyamuk adalah kawan tidur mereka, tempat berbagi sedikit darah mereka, dan bahkan mereka kaum pinggiran merelakan dirinya mati karena ulah si nyamuk itu karena kepasrahan dan ketidakmampuan.

Nyamuk seperti terorisme menyebabkan pintu rumah kita diketuk setiap hari oleh sales dan penyedia jasa pembasmian nyamuk. Aneka produk dan media proteksi nyamuk dijajakan agar kita selalu membeli.

Nyamuk seperti terorisme menyebabkan produsen membuat dan menjajakan aneka produk yang dijanjikan dapat menghabisi nyamuk secara total melalui semua media.

Tetapi apa? nyamuk tetap saja menteror kita di manapun berada. Bisakan kita benar-benar menghabisi nyamuk atau teroris dengan segala formula dan propaganda serta program yang kita lakukan.

Bila kita tidak pernah benar-benar menghabisi sarangnya, nyamuk akan selalu ada.
Sepertinya kita lebih banyak membangun sarang-sarang nyamuk baru di kota kita (dengan aneka proyek yang menghasilkan selokan baru, kubangan baru) dibanding dengan membasmi sarang nyamuk yang ada di kota kita.

Nyamuk kita benci tetapi sarang nyamuk selalu kita buatkan
Teroris kita benci, tetapi benih-benihnya selalu saja disebarkan.

Read More......
 
Terimakasih Atas Kunjungan Anda
Terimakasih Atas Kunjungan Anda